“Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah.” (HR. Imam Baihaqi)
Musibah itu sesuatu yang terjadi
karena takdir Allah. Ketika seseorang ditakdirkan oleh Allah terinfeksi virus
corona, maka bisa jadi dia akan terhidar karena sedekah yang telah ia lakukan.
Sedekah membuat seseorang mulia di mata Allah, yang dibalas dengan salah
satunya akan dihindarkan dari musibah. Dalam masa pandemi corona seperti
sekarang ini, dengan tetap waspada, ikuti anjuran pemerintah untuk berdiam diri
di rumah saja dan bersedekah. Insyaallah terhindar dari musibah corona.
Masalahnya, sulit sekali bersedekah
di masa perekonomian seperti sekarang. Jangankan untuk bersedekah, untuk diri
sendiri saja terasa kurang. Merelakan tangan dibawah seakan menjadi solusi.
Tetapi, di sisi lain ada orang yang mengambil kesempatan ini untuk menjadi
manusia yang dimuliakan Allah. Memilih bersedekah untuk menolak musibah corona
ini.
Mereka bukan dari kalangan orang kaya
saja, orang kurang beruntungpun berperan. Ini bukan berbicara soal kaya atau
miskin, tetapi tentang niat dan kesungguhan suatu tindakan.
Belajar dari putri Abu Bakar
as-Shiddiq yang bernama Asma, ia selalu bersedekah meskipun kondisi kehidupanya
pas-pasan. Konon ia tidak pernah menyimpan hartanya sampai besok pagi.
Mau mengambil bagian pada barisan
tangan yang berada di atas, empat hal ini bisa dilakukan:
Bersedekah dengan Harta
Bersyukur sekali, di masa pandemi ini dilimpahkan rejeki yang melimpah. Segera ambil bagian. Banyak yang membutuhkan. Berbagi sebanyak mungkin. Bantu tim medis mempunyai APD. Berbagi masker bagi yang membutuhkan. Berbagi sembako bagi kaum yang sangat terpengaruh pandemi ini. Misalnya OJOl, tukang becak, tukang bangunan, pedagang kecil. Jangan lupa guru honorer swasta, guru ngaji yang tanpa mereka minta sebenarnya mereka membutuhkan. Libur sekolah karena pandemi membuat mereka tidak menerima pembayaran SPP.
Tenaga
Lakukan perbuatan baik, prilaku
positif. Misalnya memakai masker, mematuhi himbauan pemerintah. Meneruskan
himbauan untuk berdiam diri di rumah saja kepada orang orang sekitar. Berfikir
positif. Menulis konten positif tentang ibrah dibalik musibah corona ini. Masih
banyak lagi perbuatan baik yang bisa dilakukan dan itu bernilai sedekah.
Senyuman
Senyum tulus adalah sedekah yang
paling murah. Meskipun, di rumah saja, masih bisa berbagi senyuman. Dimana
kehidupan tidak bisa lepas dari ponsel, lewat benda persegi ini pemberian
senyuman dapat menguatkan satu dengan yang lainnya. Berbagi rasa syukur.
Meskipun ditengah pandemi ada nilai positif yang hadir ditengah masyarakat
yaitu dapat menghabiskan waktu bersama keluarga. Berbagilah catatan-catatan
positif yang memberi pengaruh positif kepada orang lain. Sehingga orang
berfikir positif dan bahagia.
Shalat Dhuha
Berada di rumah saja membuat punya
waktu untuk beribadah. Salah satunya adalah shalat Dhuha. Shalat yang biasanya
susah sekali untuk terlaksana sebab berada di jalan atau tempat kerja.
“Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang berbuat munkar adalah sedekah. Semua itu dapat diganti dengan shalat Dhuha dua rakaat.” (HR Muslim)
Itulah empat hal yang bisa membuat
mulia dimata Allah dengan bersedekah. Lalu, dibalas dengan perlindungan sehingga
jauh dari musibah corona
Banyak Penyalahgunaan amanah di tengah pandemi membuat ragu bersedekah, benarkah?
Siang itu, ada seorang laki-laki yang
mengaku dari panti jompo dari Bandar Lampung meminta sumbangan. Ia sodorkan
kertas yang berisi nama-nama pemberi sumbangan. Aku menghernyitkan dahi. Ada
nama tetangga. Ia menyumbang seratus ribu rupiah. Jumlah yang banyak ditengah
masa yang sulit seperti sekarang. Aku menggaruk kepala, bagaimana bisa
seseorang yang setiap hari hanya makan dengan nasi dengan cabe dicampur terasi,
begitu antusiasnya untuk berbagi ditengah pandemi.
“Sudah lapor pak RT,” tanyaku.
“Belum!” Jawabnya dan disusul
permintaan untuk memberi seikhlasnya saja.
Akhirnya, aku tidak memberikan karena
memang dari RT dilarang memberikan sumbangan yang tidak jelas. Aku kasihan
dengan tetangga yang terlanjur memberi sumbangan. Ketika kutanya. Ia hanya
menjawab, “Tidak apa apa, yang penting ikhlas. Nilainya di mata Allah sama.”
Sayang sekali jika disumbangkan ke tempat yang amanah, tentu lebih baik lagi.
Posting Komentar
Posting Komentar