Di sebuah desa yang terletak di pedalaman, Desa Tunggal
Rahayu Jaya, Teluk Belengkong, Indragiri Hilir, Riau. Ada seorang bidan yang
membaktikan dirinya untuk membantu ibu hamil dan bayi bayi mereka.
Rosmiati. Nama itu kian tersohor. Sejak perjuangannya di desa
tersebut membuka jalan untuk menjadi penerima Semangat Astra Terpadu Untuk
(SATU) Indonesia Awards tahun 2012 untuk kategori kesehatan. Semangatnya sangat
terlihat. Ia berhasil melampaui 1.088 bidan dari desa lainnya. Seperti apa semangat
dan perjuangan beliau dalam mengabdi pada masyarakat, berikut ceritanya.
Cerita Perjuangan Bidan Rosmiati
Lulusan Akademi Kebidanan Padang, Sumatera Barat itu mulai
menebar kebaikan dengan mengabdi sebagai bidan Indragiri Hilir sejak tahun 2008.
Hidup di perdesaan memang hadirkan ketenangan di dalam hati. Udara sejuk.
Masyarakat yang sosialnya tinggi serta lingkungan yang masih sehat membuat nyaman.
Namun sebagai bidan desa, ada sisi yang harus butuh
perjuangan lebih dibanding menjadi bidan di kota. Bisa dibayangkan tempat yang
terpencil dengan infrastruktur medis minim. Ia harus tetap semangat menangani
ibu yang akan melahirkan. Tak jarang dalam kondisi yang kurang baik, pasien
diharuskan dirujuk ke rumah sakit terdekat RSUD Pemkab Indragiri Hilir. Tidak dengan
mobil ambulance yang siap sedia. Tidak dengan kendaraan roda dua, tapi dengan
tandu dan harus menyeberangi sungai berjam-jam. Kalau saja semangat beliau
sempat kendor, bisa diprediksi nasib ibu dan bayi yang akan dilahirkan.
Berbicara soal ibu dan bayi memang menyentuh hati. Sebab ada
kehidupan dan generasi baru yang akan berguna untuk masa depan Indonesia. Yang
membuatnya sedih adalah ketika ia tidak berhasil menyelamatkan sang ibu.
Pernah ia menangani ibu yang telah melahirkan, anak selamat
namun sang ibu tidak tertolong sebab mengalami pendarahan hebat. Lokasi tempat
tinggal yang berjauhan di kebun sawit dengan jalan tanah yang bergelombang,
naik turun bukit membuat ia sampai ke tempat tujuan setelah 5 jam anak
dilahirkan namun ari-ari masih dalam kandungan.
Saat merasakan sakit yang sangat sang ibu harus dirujuk ke RSUD
Pemkab Indragiri Hilir dengan di tandu. Perjalanan yang memakan waktu lama
membuat ibu tidak tertolong.
Sejak saat itu Rosmiati memberi gagasan cemerlang dengan menyiagakan
sebuah "ambulans" perahu. Kendalanya masyarakat perdesaan terasa
berat dengan kendaraan yang tergolong mahal itu.
Kemudian bidan Rosmiati membuat dua program yang sangat
membantu masyarakat terutama ibu dan bayi, program itu adalah
Tabungan Ibu Bersalin
Tabungan ibu bersalin adalah tabungan yang diperuntukan
khusus ibu hamil. Mereka bisa menyiapkan dana kelahiran dengan cara menabung
setiap bulannya. Besarnya tidak dibatasi. Dana tersebut untuk membantu
persalinan baik yang tidak di rujuk atau dirujuk ke rumah sakit kabupaten.
Dana Kesehatan
Dana kesehatan adalah dana yang dikumpulkan oleh setiap
kepala keluarga di desa tersebut. Besarnya dua ribu rupiah setiap bulan. Ini adalah
wujud gotong royong yang digagas bu bidan. Dana yang terkumpul nantinya
diberikan kepada warga yang akan bersalin.
Alhamdulillah dua program tersebut masih terlaksana sampai
sekarang. Sangat berkontribusi mengurangi kematian ibu dan bayi saat
persalinan. Sekarang, fasilitas kesehatan bu bidan yang baik hati ini sudah
lumayan lengkap. Beberapa perlengkapan medis dia beli dari hasil kemenangan
penghargaan Satu Indonesia 2012 yang lalu.
Penutup
Cerita perjuangan Bidan Rosmiati menularkan semangat untuk
selalu bekerja secara profesional meskipun peralatan tempur minim. Dengan tas
medis yang selalu ia bawa, teriring usaha, do’a dan rasa tidak pernah menyerah.
Baginya, kebahagiaan adalah ketika bisa melihat seorang ibu dan bayi yang ia
tolong persalinannya sehat wal afiat.
Sumber
https://www.viva.co.id/edukasi/1637961-rosmiati-sosok-pahlawan-ibu-dan-anak-dari-desa-terpencil-riau
Posting Komentar
Posting Komentar