Alih-alih mengecap manisnya pernikahan. Menikah pada usia
muda memiliki resiko yang sangat tinggi, baik bagi kesehatan reproduksi,
pendidikan dan juga kesejahteraan. Ditambah lagi kekerasan dalam rumah tangga
dan pelanggaran hak asasi manusia.
Hal ini yang mendasari sebuah pernyataan yang mencengangkan
tentang “hal yang membuat menyesal seumur hidup adalah menikah”. Sangat
disayangkan. Padahal, sejatinya pernikahan adalah yang dianjurkan oleh Nabi
Muhammad SAW, yang dapat menuntun seseorang untuk lebih dekat kepada sang
Pencipta yaitu Allah SWT. Sebab, sudah selayaknya pasangan suami istri saling
mengingatkan dalam kebaikan dan ibadah.
Artikel ini akan bercerita tentang kisah Nordianto Hartoyo yang
mengkampanyekan bahaya pernikahan dini dengan membentuk GenRengers Educamp
yaitu sebuah wadah pendidikan bagi remaja sehingga lahir para relawan yang
peduli isu kesehatan akibat menikah secara dini.
Nordianto Hartoyo sosok yang peduli terhadap lingkungan
Nordianto Hartoyo Sanan berasal dari kalimantan. Pria kelahiran
10 November 1994 itu sangat peduli terhadap lingkungan ia tinggal. Di usianya
yang masih belia (kelas 3 SMP) dia memiliki semangat untuk dihadapkan pada isu pernikahan dini. Bahkan, di
Kabupaten Kubu Raya tempat ia tinggal, sangat tinggi jumlah pernikahan anak.
Merasa sedih melihat teman-teman yang setiap semester
perlahan-lahan menghilang satu demi satu, dikarenakan dinikahkan oleh orang tua
mereka. Temannya tersebut menjadi kehilangan kesempatan belajar, mengubur mimpi
masa depan yang lebih baik.
Belum lagi risiko kesehatan Reproduksi. Kehamilan pada usia dini
dapat menyebabkan komplikasi serius seperti keguguran, kelahiran prematur,
pertumbuhan janin yang terhambat, atau preeklampsia, yang dapat mengancam nyawa
ibu dan bayi.
Hal ini dialami oleh sang bunda yang juga menikah pada usia
muda. Sering sakit-sakitan. Dilansir dari kemenpora.go.id, Nordianto berujar, “mungkin
beliau akan menjadi orang yang lebih sukses, punya kehidupan lebih baik. Belum
lagi ibu saya juga sakit-sakitan karena hamil diusia muda, keguguran
berkali-kali dan banyak faktor lainnya yang membuat kesehatan reproduksinya
menurun."
Setuju sekali dengan pernyataan Nordianto, dengan menikah
muda maka kesempatan belajar menggapai cita-cita terputus, kehidupan lebih baik
pun sepertinya jauh. Bisa dilihat, dengan pendidikan sekolah menengah pertama
yang belum selesai, kira kira pekerjaan apa yang bisa diperoleh? Sementara kebutuhan
dalam berumah tangga banyak dan terus bertambah dengan kehadiran buah hati.
Maka, ia pun menemukan teman-temannya yang dulunya menikah
muda, penampilan jauh berbeda dengan sebelumnya, seperti kurang terurus. Tentu,
hal ini tidak akan terjadi jika anak anak muda tersebut belajar dan lulus
sekolah dengan baik, baru menikah di usianya yang matang.
Belum lagi masalah emosi yang belum stabil, kemungkinan besar
menyebabkan percekcokan, KDRT dan perceraian. Ada kebanggaan sendiri jika sudah
bersetatus janda, artinya mereka sudah merasa bebas. Lalu bagaimana dengan
nasib anak-anak?
Prihatin dengan kondisi itu, Nordianto melakukan banyak
pelatihan tentang permasalahan dan isu-isu mengenai kesehatan reproduksi
remaja. Selain itu, melakukan pelatihan mengenai masalah perkawinan anak juga. Apa
yang ia dapatkan di pelatihan kemudian disampaikan kembali pada para remaja di kampung-kampung
Provinsi Kalimantan Barat.
Hal itu berlanjut hingga ia lulus SMA. Harapannya dengan
sharing yang ia lakukan mampu membuka mindset
remaja agar menempuh pendidikan dan tidak terjebak pada pernikahan dini
sehingga mereka kehilangan kesempatan besar untuk masa depan mereka.
GenRengers Educamp
Usaha Nordianto untuk stop pernikahan dini atau setidaknya mengurangi
jumlahnya. Ia pun berinisiatif membentuk
GenRengers Educamp pada tahun 2016. GenRengers Educamp adalah sebuah program
kemah untuk memberikan edukasi dan pelatihan kepada remaja tentang isu-isu
kesehatan terkait pernikahan usia dini.
GenRengers Educamp menciptakan kader atau relawan lokal yang
berada di penjuru kampung. Sebagai penyambung lidah tentang informasi bahaya
pernikahan dini dan pentingnya pendidikan sehingga informasi dapat tersebar luas
ke pelosok.
Ada 800 relawan pada waktu itu dan terus bertambah hingga
sekarang. Edukasi dilakukan melalui fun learning dan fun gamers. Para relawan
sangat antusias selain menyenangkan mereka dapat teman baru dan diajarkan untuk
menjadi enterpreneur-enterprenuer muda.
Menikahlah dengan rencana, karena yang punya masa depan itu kita dan jangan salahkan orang lain jika kita tidak merasakan masa depan yang kita idamkan.
Nordianto Hartoyo Sanan
Benar saja, apa yang dilakukan Nordianto dapat menekan
pernikahan dini di Provinsi Kalimantan Barat. Semangat untuk merubah mindset
anak muda menghantarkannya meraih penghargaan sebagai penerima SATU Indonesia
Awards 2018 di bidang kesehatan.
Penutup
Semoga semangat dan keberhasilan Nordianto menjadi cambuk
untuk generasi muda untuk lebih aware
pada lingkungan. Lakukan apa yang bisa dilakukan untuk anak Indonesia lebih
maju dapat mengembangkan diri, meraih mimpi tanpa terjebak ikatan perkawinan di
usia dini.
Jangan mudah percaya dengan janji manis pernikahan usia muda. Berani katakan tidak, jika kamu dipaksa. Lebih baik, alihkan energi itu untuk menjalani hari ini dan merencanakan masa depan yang lebih baik.
Posting Komentar
Posting Komentar